Saturday, February 9, 2019

Tugas makalah Teori Pembelajaran (Teori Pavlov)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan jaman banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa. Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum optimal seperti yang diharapkan.
Bagi para guru, menciptkan kondisi yang paling efektif untuk menciptakan perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku merupakan salah satu tugas yang paling penting tentang belajar dengan kata lain, guru memiliki tanggungan mengemas teori belajar sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada penjelasan-penjelasan psikologis tentang belajar.
Dalam ilmu psikologi, teori belajar selalu dihubungkan dengan stimulus–respons dan teori–teori tingkah laku yang menjelaskan respons makhluk hidup dihubungkan dengan stimulus yang didapat dalam lingkungannya. Proses yang menunjukkan hubungan yang terus menerus antara respons yang muncul serta rangsangan yang diberikan dinamakan proses belajar ( Tan, 1981:91 dalam buku Psikologi Umum Alex Sobur).
Salah satu teori belajar yang menghubungkan antara stimulus dan respons adalah teori conditioning yang dikenalkan oleh Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) seorang behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif atau juga dapat disebut dengan klasikal condisioning. Pavlov lulus sebagai sarjana kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Ivan Pavlov meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun 1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika.
Pavlov adalah seorang ilmuan yang membaktikan dirinya  untuk  penelitian. Ia memandang ilmu pengetahuan sebagai sarana belajar tentang berbagai masalah dunia dan masalah manusia. Peranan dari ilmuan  menurutnya antara lain membuka rahasia alam sehingga dapat memahami hukum-hukum yang ada pada alam. Disamping itu  ilmuan  juga  harus mencoba memahami bagaimana manusia itu belajar dan tidak bertanya bagaimana mestinya manusia belajar.
Penelitian pavlov tersebut memiliki dampak yang luar biasa pada dunia pendidikan. Oleh sebab itu penulis berusaha mengkaji lebih dalam mengenai penelitian yang dilaksanakan oleh Pavlov mengenai klasikal conditioning atau pengkondisian respon.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah konsep dari teori classical conditioning?
2.      Bagaimanakah implementasi penelitian pavlov terhadap pembelajaran?
3.      Apakah kekurangan dari teori classical conditioning?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana konsep dari teori classical conditioning
2.      Untuk mengetahui implementasi dari penelitian Pavlov terhadap pendidikan
3.      Untuk mengetahui kekurangan dari teori classical conditioning







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar Penelitian Classical Conditioning
Pavlov mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi pipi pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya diluar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kini sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula. Menurut B.R. Herghenhahn dan Matthew H. Olson (2008: 183) unsur yang dibutuhkan untuk melahiran cassical conditioning adalah :
1.      Unconditioned Stimulus (US), stimulus yang tak dikondisikan yang menimbulkan respon alamiah atau otomatis dari orgnisme
2.      Unconditioned response (UR), respon yang timbul secara alami yang disebabkan oleh unconditioned stimulus
3.      Conditioned Stimulus (CS), Stimulus netral yang menimbulkan respon alamiah
4.      Conditioned Respon (CR), Respon yang dikondisikan akibat dari unconditioned stimulus yang dipasangkan dengan conditioned stimulus secara terus menerus
Dalam penelitian pavlov US disajikan sebagai makanan sedangkan UR adalah respon alamiah anjing yang mengeluarkan air liur akibat adanya stimulus. CS merupakan bunyi bel yang nantinya menjadi stimulus yang dikondisikan. CR merupakan tingkat intensitas air liur pada anjing ketika anjing tersebut mendapatkan stimulus CS dan US.
Menurut Sri Esti Wuryani Djiwandono (2006) pada pavlon menggunakan metode penelitian seperti berikut:

Prosedur percobaan Pavlov dapat digambarkan sebagai berikut:
Sebelum conditioning
CS (bel)                                                                      tidak ada respons air liur

US (daging)                                                            (UR) mengeluarkan air liur
Selama conditioning
CS (bel) dan

                                  +                                            UR(mengeluarkan air liur)

US (daging)
Sesudah conditioning
 CS (bel)                                                                CR (mengeluarkan air liur)
Menurut Sugihartono, dkk (2013: 96) Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama seperti pada percobaan tersebut. Sebagai contoh, suara piring dari penjual bakso yang berkeliling dari  rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si penjual bakso sering lewat, maka suara piring “tinbg-ting-ting” tersebut bisa merangsang air  liur  apalagi pada saat keadaan lapar.

1.      Pengkondisian Tingkat Tinggi
Pengkondisian tingkat tinggi meruppakan conditionet stimulus yang diubah dengan tetap mengasosiasikan CS dan US. Setelah CS dipasangkan dengan US beberapa kali, ia dapat dipakai seperti US. Dalam artian CS setelah dipasangkan beberapa kali dengan US, CS akan mengembangkan penguatan sendiri dan dapat dipasangkan dengan CS kedua untuk menghasilkan CR.
Sebagai contoh kedipan cahaya (CS) dengan penyajian makanan (US) setelah beberapa kali dipasangkan penyajian cahaya saja akan menyebabkan anjing mengeluarkan liur sebagai respon yang dikondisikan (CR). Sekarang kedipan cahaya itu (CS1) sudah dapat menimbulkan air liur dan dapat dipasangkan dengan CS kedua, misal suara dengungan dan dikondisikan sama dengan awal. Suara dengungan disajikan (CS2) dan kemudian disajikan cahaya, tetapi dalam pengkondisian kedua penyajian makanan (US) sudah tidak dipakai. Setelah beberapa kali dipasangkan dengungan suara (CS2) saja sudah menyebabkan hewan mengeluarkan air liur.
Dalam contoh diatas CS pertama dipakai seperti US yang berfungsi menghasilkan respons yang dikondisikan. Dan ini dinamakan pengkondisian tingkat kedua. CS pertama secondary reinforcer (penguat sekunder) yang digunakan untuk mengkondisikan stimulus baru, karena penguat sekunder (CS 1)  tidak dapat berkembang tanpa US, maka US dinamakan primary reinforcer (penguat primer).

2.      Generalisasi
General dalam pengkondisian klasik adalah tendensi dari stimulus baru yang sama dengan conditioned stimulus yang asli untuk menghasilkan respons yang sama (John W.Santrock, 2008). Rangsangan yang sama akan menghasilkan tindak balas yang sama.  Agar muncul generalisasi, kita perlu melakukan prosedur yang mana sebagaimana di depan. Yakni kita menggunakan bunyi yang bisa diukur fungsinya sebagai CS dan makanan sebagai US. Sesudah dipasangkan beberapa kali, bunyi pun bisa merangsang munculnya air liur. Jadi, kita telah mengembangkan suatu CR. (Heri Rahyubi, 2012: 29-30)
Sesudah CR bisa dihasilkandari bunyi, kita lantas memasuki tahap penghilangan atau pemadaman. Namun, kali ini kita akan memperdengarkan bunyi yang berbeda dari biasanya. Bunyi ini frekuensinya bisa lebih tinggi atau rendah. Ternyata CR paling tinggi besarannya jika bunyi yang diperdengarkan mempunyai frekuensi yang sama dengan bunyio saat latihan. Tinggi rendah frekuensi yang diperdengarkan, akan menghasilkan besaran CR yang berbeda, bergantung pada kemiripan frekuensinya. Semakin dekat frekuensinya kepada frekuensi dari bunyi pada latihan, maka CR yang dihasilkan semakin besar.
Generalisasi dapat diilustrasikan sebagai berikut seorang anak kecil merasa sangat takut pada anjing besar dan galak. Tentu anak tersebut akan memberi respon rasa takut pada semua anjing, tapi melalui penguatan stimulus rasa takut menjadi menyempit hanya pada anjing yang galak saja. Dalam kasus ini ketika anak kecil tersebut melihat anjing berukuran tidak terlalu besar anak tersebut sedikit takut karena persepsi dari anak  tersebut anjing tidak terlalu galak. Namun ketika melihat anjing yang berukuran besar maka anak kecil tersebut semakin sangat takut karena dia merasa anjing tersebut galak. Jadi semakin mendekati stimulus maka respon semakin besar.

3.      Diskriminasi
Diskriminasi dalam pengkondisian klasik terjadi ketika organisme merespons stimuli tertentu tetapi tidak merespons stimuli lainnya. Pengembangan diskriminasi pada binatang bisa diloakukan dengan dua cara, yakni latihan yang diperlama dan pembedaan dalam pemberian reinforcement. Latian yang diperlama dilakukan dengan sering-sering memasangkan CS dengan US. Semakin sering dan semakin lama latian berlangsung, maka kecenderungan melakukan respon pada stimulus yang mirip-mirip dengan stimulus yang sebenarnya CS akan semakin menurun. Disini nampaknya muncul kepekaan dari binatang yang dipakai sebagai eksperimen. Ia lantas bisa membedakan mana rangsangan yang sebenarnya dan yang mirip saja.
Sebagai contoh Anak kecil yang takut pada anjing galak, maka akan memberi respon rasa takut pada setiap anjing, tapi ketika anjing galak terikat dan terkurung dalam kandang maka rasa takut anak itu menjadi berkurang.

B.     Implemantasi Penelitian Pavlov pada Pembelajaran
Setelah banyak orang mengakui teori Paplov bermanfaat di dunia psikologi, banyak ahli pendidikan baru mulai memanfaatkan teorinya untuk mengembangkan atau memberikan kontribusi pada psikologi pendidikan pada umumnya dan teori belajar pada khususnya. Menurut teori conditioning belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (respon). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu, yang terpenting dalam belajar menurut teori classical conditioning ialah adanya latihan-latihan yang continue.
Pada teori ini yang diutamakan ialah belajar yang terjadi secara otomatis. Segala tingkah laku manusia tidak lain adalah hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat tertentu yang dialamin dalam kehidupan.
Latihan menyebabkan perubahan tingkah laku, terutama perubahan neuron atau sel-sel syaraf, demikian pula dalam hal belajar, manusia tidak hanya mengenal latihan, tetapi juga belajar. Konsep simbol dalam belajar pada diri manusia menyebabkan perbedaan antara manusia dengan hewan. Manusia memiliki pikiran dan perasaan, bukan hanya insting seperti yang dimiliki binatang. Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
1.      Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2.      Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun (Oktaviani Pratama, 2018).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar menurut Pavlov yaitu:
1.      Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan / mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih kuat dengan perangsang yang lebih lemah.
2.      Proses belajar terjadi jika ada interaksi antara organisme dengan lingkungan
3.      Belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan respons
4.      Belajar erat hubungannya dengan prinsip penguatan kembali atau dengan perkataan lain dan ulangan dalam hal belajar adalah penting
5.      Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak US dan CS akan menimbulkan aktivitas otak. Aktivitas yang ditimbulkan US lebih dominan daripada yang ditimbulkan CS. Oleh karena itu US dan CS harus di pasang bersama-sama, yang lama kelamaan akan terjadi hubungan
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma Pavlov akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
Metode Pavlov ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

C.    Kekurangan Teori Pavlov
Sebaik-baiknya suatu eksperimen penelitian dalam menemukan suatu ilmu yang baru tentunya memiliki kekurangan. Berikut beberapa kekurangan dari penelitian yang dilakukan pavlov.
Menurut (Anwar: 2018) teori belajar Pavlov yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
Apabila kondsisi ini dilakukan secara terus menerus, maka ditakutkan murid akan mamilki rasa ketergantungan atas stimulus yang berasal dari luar dirinya. Padahal seharusnya peserta didik didik atau anak harus memilki stimulus dari dalam dirinya sendiri (self motivation) dalam melakukan kegiatan belajar dan pemahaman yang diberikan oleh guru.
Teori conditioning memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. dalam teori ini, proses belajar manusia dianalogikan dengan perilaku hewan sulit diterima, mengingat perbedaan karakter fisik dan psikis yang berbeda antar keduanya. Karena manusia memiliki kemampuan yang lebih untuk mendapatkan informasi. Oleh karena itu, teori ini hanya dapat diterima dalam hal-hal belajar tertentu saja; umpamanya dalam belajar yang mengenai skill (keterampilan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil.


       

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pavlov mengadakan percobaan terkait dengan calassical conditioning melalui suatu percobaan dengan cara mengadakan operasi pipi pada seekor anjing , dimana pada penelitianya intensitas air liur dijadikan sebagai tolok ukur mengenai besar dan kecilnya respon yang di dapatkan. Pada penelitian pavlov terdapat empat unsur yang saling berpengaruh yaitu:Unconditioned Stimulus (US), unconditioned response (UR), conditioned Stimulus (CS), dan Conditioned Respon (CR). Pada penelitianya pavlov menunjukkan bahwa kontinguitas latihan ataupun pemberian stimulus secara berkesinambungan dapat merubah perilaku dari obyek penelitian tersebut (anjing).
Implementasi metode Pavlov dalam pembelajaran sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Kekurangan dalam metode Pavlov dalam suatu situasi pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan yaitu guru sebagai sentral, guru bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.



DAFTAR PUSTAKA
Anwar. 2018. Makalah. Diunduh di http://anwar-math.blogspot.com/2014/10/
pada hari Minggu, 7 Oktober 2018
B.R. Herghenhahn dan Matthew H. Olson .2008. Theories of Learning.
            Jakarta: Kencana Prenada Media Group
John W.Santrock. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Heri Rahyubi. 2012. Teori Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik.
Majalengka: Referens
Oktaviani Pratama. 2018. Makalah. Diunduh dari  https://oktavianipratama.
Sobur Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia
Sugihartono, dkk. 2013. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Sri Esti Wuryani Djiwandono. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia

No comments:

Post a Comment

Tugas Makalah Pencegahan dan Perawatan Cidera (PEMANASAN)

  PENCEGAHAN DAN PERAWATAN CEDERA PEMANASAN   Pendahuluan             Olahraga  mulai menjadi sebuah tren atau gaya hidup masyarakat...