Saturday, February 9, 2019

TUGAS MAKALAH RESPON DAN ADAPTASI OLAHRAGA


FISIOLOGI OLAHRAGA

1.     Bagaimana  Respon dan Adaptasi Latihan Terhadap System Kardiovaskuler?
Respon
Respon akut atau langsung yang terlihat pada saat latihan adalah peningkatan kontraktilitas miokard, peningkatan curah jantung, peningkatan denyut jantung, tekanan darah (Peçanha, 217), dan respon perifer termasuk vasokonstriksi umum pada otot dalam keadaan istirahat, ginjal, hati, limpa dan daerah splanknikus ke otot-otot kerja dan juga ada peningkatan tekanan darah sistolik akibat curah jantung yang meningkat (Agarwal, 2012)

Todd, (1994), mengatakan bahwa selama Olahra ada perubahan yang terkait dengan distribusi darah  untuk masing masing bagian tubuh manusia yang sangat berbeda saat istirahat. Pada Olahraga ada peningkatan jumlah butir darah Kadar Hemoglobin juga meningkat. Cadangan Alkali meningkat Jumlah simpanan darah di lien cukup banyak Jumlah keseluruhan darah yang beredar (total whole blood) meningkat 20 % dari normal Circulasi darah ke otot normal 1-4 cc/100 gram otot pada saat Olahraga meningkat menjadi 30 cc / 100 gram otot (Cheng et Al, 2013).




Adaptasi

Pada olahragawan sering terjadi pembesaran jantung. Dikarenakan otot jantung mengalami hipertropi (istilahnya cor bovinum) Pembuluh darah bersifat elastis, mampu melebar (vasodilatasi). Pada saat olahraga dinamis pembuluh darah pada otot mengalmi Vasodilatasi, hal ini menguntungkan aliran menjadi lancar. Proses pertukaran gas berjalan lebih baik.


Dengan pelatihan Jantung adaptasinya tersebut seperti ini: penurunan denyut nadi dan pengurangan tekanan, frekuensi menurun, otot jantung menebal. Vasculer bertambah elastis . Darah jumlah totalnya bertambah, peningkatan volume darah dan hemoglobin. (Guyton, 2006) .
Prinsip- prinsip respond an adaptasi system Kardiovaskuler terhadap latihan bisa disimpulkan dalam tabel di bawah
               


Selama olahraga

Adaptasi Jantung

1.      Denyut Jantung
2.      Alirarah
3.      Electric
4.      Suhu
5.      Kimia
6.      Tekanan darah
7.       Kontraktilitas miokard
8.      Circulasi darah
9.      Hemoglobin






Meningkatkan
1.      Otot jantung membesar
2.      Ruang jantung membesar
3.      Denyut jantung menurun
4.      Kpasitas jantung meningkatkan
5.      Kapiler menjadi padat
6.      LDH Menurun
7.      Tekanan darah menurun
8.      Immune meningkatkan
9.      Pemburuh darah melebar
10.   





2.     Bagaimana Respon dan Adaptasi Latihan Terhadap Sistem Respirasi?

Respon

Latihan fisik akan mempengaruhi konsumsi oksigen dan produksi karbon dioksida. Kadar oksigen dalam jumlah yang besar akan terdifusi dari alveoli ke dalam darah vena kembali ke paru-paru. Sebaliknya, kadar karbon dioksida yang sama banyak masuk dari darah ke dalam alveoli. Oleh itu, ventilasi akan meningkat untuk mempertahankan konsentrasi gas alveolar yang tepat untuk memungkinkan peningkatan pertukaran oksigen dan karbon dioksida. (Hernández,2018).


Permulaan aktivitas fisik ini disertai dengan peningkatan dua tahap ventilasi. Hampir segera dapat terlihat peningkatan pada inspirasi dan kenaikan bertahap pada kedalaman dan tingkat pernapasan. Kedua tahap penyesuaian menunjukkan bahwa kenaikan awal dalam ventilasi diproduksi oleh mekanisme gerakan tubuh setelah latihan dimulai, namun sebelum rangsangan secara kimia, korteks motor menjadi lebih aktif dan mengirimkan impuls stimulasi ke pusat inspirasi, yang akan merespon dengan meningkatkan respirasi juga. Secara umpan balik proprioseptif dari otot rangka dan sendi aktif memberikan masukan tambahan tentang gerakan ini dan pusat pernapasan dapat menyesuaikan kegiatan itu berdasarkan kesesuaiannya. (Guyton, 2006) Tahap kedua lebih bertahap dengan kenaikan respirasi yang dihasilkan oleh perubahan status suhu dan kimia dari darah arteri

Otot diafragma yang terletak di bagian dalam dan luar interkostaliskontraksinya bertambah dalam. Rongga toraks menutup dan mengeras ketika udara masuk ke dalam paru-paru, diluar muskulus interkostalis menekan tulang iga dan mengendalikan luas rongga torak yang menyokong pada saat ekspirasi sehingga bagian luar interkostalis dari ekspirasi menekan bagian perut. Kekuatan diafragmakearah atas membantu mengembalikan volume rongga pleura. (Eman, 2017) Pada waktu menarik napas dalam, maka otot berkontraksi, tetapi pengeluaran pernapasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup dalam,
 Penarikan napas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak hingga diafragma dan tulang dada menutup ke posisi semula. Aktivita


Volume respirasi per menit
Volume respirasi per menit adalah jumlah total udara baru yang masuk ke dalam saluran pernapasan setiap menit, sama dengan volume tidal kecepatan respirasi. Volume tidal normal sekitar 500ml dan kecepatan respirasi normalnya 12 kali per menit. Rata-rata volume respirasi per menit sekitar 6 liter/menit. Seseorang dapat

Adaptasi
Adaptasi Sistem Pernapasan Terhadap Latihan merupakan sebagai fungsi tubuh. Fungsi pernapasan agar baik, berolahraga merupakan cara yang sangat baik untuk meningkatkan vitalitas fungsi baru. Olahraga merangsang pernapasan yang dalam dan menyebabkan paru berkembang, oksigen banyak masuk dan disalurkan ke dalam darah, karbondioksida lebih banyak dikeluarkan Untuk bekerja dan bergerak diperlukan energy.

Prinsip- prinsip respond an adaptasi sistem Respirasi terhadap latihan bisa disimpulkan dalam tabel di bawah:
               


Selama olahraga

Adaptasi Sistem Respirasi

1. Kontraktilitas otot diafragma meningkatkan

2. Pemakaian oksigen sangat meningkat, karena otot             yang aktif mengoksidasi molekul nutrien
            lebih cepat untuk memenuhi peningkatan             kebutuhan energinya.
3. Produksi karbon dioksida sangat meningkat             karena otot yang lebih aktif melakukan
metabolisme memproduksi lebih banyak karbon dioksida
4. Ventilasi alveolus sangat meningkat.
5. Penyaluran oksigen ke otot sangat meningkat.
6. Volume respirasi
7. Pengurangan karbon dioksida dari otot sangat             meningkat
8. Frekuensi pernapasan juga sangat meningkat
9. Volume Udara Pernapasan dalam Paru-paru
10. Pernapasan Dada
11. Pernapasan Perut
12 Gas O2 dan CO2 dalam tubuh meningkatkan
13.Kecepatan Pernapasan meningkatkan

1. Aleveolus menjadi padat dan             banyak
2. Peningkatkan fungsi vitalitas             paru-paru

3.     Bagaimana  Respon dan Adaptasi Latihan Terhadap Sistem Muskuloskeletal?
Respon
Peningkatan ekstraksi oksigen oleh otot bekerja karena perubahan enzimatik dan biokimia pada otot serta peningkatan konsumsi oksigen maksimal untuk setiap intensitas latihan yang diberikan. ( Ganong, 2005). Peningkatan aliran darah ke otot-otot yang bekerja memberikan oksigen tambahan. Maka, ekstraksi oksigen lebih banyak dari sirkulasi darah dan penurunan PO2 jaringan lokal dan peningkatan PCO2.
Otot yang berkontraksi membutuhkan energi. Energi mengakibatkan actin dan myosin saling mendekat berakibat serabut otot memendek sehingga ototpun memendek pula Energi untuk kontraksi otot hanya energi dari pemecahan ATPmenjadi ADP + P + energi diperlukan enzym ATPase (Virkamäki et, Al, 2006 )

Adaptasi

pelatihan meningkatkan kemampuan kedua jenis serat untuk menyediakan energi selama latihan berkepanjangan. Setelah mengikuti latihan kekuatan, kegiatan intensitas tinggi membutuhkan perbaikan besar dalam kekuatan otot dan kapasitas aerobik tinggi. Selain itu, akan terjadi peningkatan ukuran otot-otot yang terlibat iaitu hipertrofi. (Carolin Kisner, 1996)





Prinsip- prinsip respon dan adaptasi sistem Muskuloskeletal terhadap latihan bisa disimpulkan dalam tabel di bawah:

Selama olahraga

Adaptasi Sistem Muskuloskeletal

1.Peningkatan kontraksi otot (actin-myosin)
2. Peningkatan ekstraksi oksigen oleh otot             bekerja
3. Peningkatan aliran darah ke otot-otot             yang bekerja
4. Perubahan enzimatik dan biokimia
5. Glycogen menurn
6.Asam laktat meningkatkan
7.
1.Otot membesar (hipertrofi)
2.Peningkatkan Mitokondria otot
3.Peningkatkan Kapasitas otot (Kekuatan, kecepatan, flexibilitas dan daya otot)
4.Tulang mejandi padat


4.     Bagaimana  Respon dan Adaptasi Latihan Terhadap System Saraf Otak?
Respon
Proses penerimaan rangsang yang umumnya dari luar, proses yang ada di otak baik proses mengingat “short term” dan “long term”, kemudian perintah (motor) yang rangsangnya diteruskan ke otot serang lintang (lurik). Reaksi tersebut bisa dilatihkan. Kalau sangat terlatih akan disebut dengan automatisasi, seolah-olah tak dipikirkan lagi (sebenarnya ada proses berpikir). Hanya waktu proses yang terjadi sangat cepat. (Tian, 2014)
Adaptasi
Latihan selama 30 – 45 menit dengan berjalan cepat, tiga kali seminggu, dapat membantu menangkal timbulnya demensia. Tidak hanya itu, latihan untuk meningkatkan keseimbangan, koordinasi dan kelincahan memberi dampak positif yang besar pada struktur otak dan fungsi kognitif dari sekelompok besar orang-orang usia lanjut (Hayward, 2013)
Setiap sel otot dilayani oleh satu saraf. Menurut Morgan (2015), pengaruh latihan terhadap perubahan neuromuscular adalah
1.       Latihan dapat memperbesar myofilament, dengan latihan kekuatan
2. Latihan dapat mempercepat sliding filament( kontraksi-relaksas
            3. Latihan dapat mempertinggi cadangan glikogen, karena pada latihan banyak      menggunakan glikogen.
             4. Meningkatkan responsibilitas otot terhadap rangsang
            5.  Meningkatkan kemampuan motorik, kekuatan, dan daya tahan otot
6. Meningkatkan Memori
     Membantu Mengendalikan Emosi
     Sel Saraf Sensorik
     Sel Saraf Motorik
     Sel Saraf Penghubung
7.       Perlambatan Penurunan Fungsi Kognitif
8.      Membantu Berkonsentrasi

Ø Struktur sistem saraf menjalankan fungsi:
(1)      Meregulasi aktifitas tubuh
(2)      Mengontrol kesadaran
(3)      Mendeteksi stimuli lingkungan
(4)      Merespons stimuli lingkungan
(5)      Memroses dan menyimpan informasi sensoris
       dan, motoris, dan
(6)      Mentransmisi impuls sensoris dan motoris
      antara otak dan seluruh bagian tubuh.
Ø  Otak adalah pusat penyimpan memori
Medulla oblongata  =  bagian terbawah batang
                        otak, mengontrol otot respirasi,
                        detak jantung dan tekanan darah.
Hypothalamus  =  bagian otak pengatur/regulator
                        laju detak jantung, tekanan darah, dan
                        pernapasan, aktivitas digestif, respons
                        emosional, perilaku,  suhu badan, keseim-
                        bangan air serta rasa haus, siklus tidur-
                        bangun, sensasi  lapar, aktivitas sistem
                        endokrin; sebutan lain: thermostate” tubuh.
                 Masing hemishpere dibagi menjadi 4 (empat)
(1)           lobes frontalis     à fungsi gerak motoris
(2)           lobes temporalis à fungsi pendengaran dan                                                            penciuman
(3)           lobes occipitalis  à fungsi pengelihatan
(4)           lobes parietalis    à fungsi penerima dan penginterpretasi impuls saraf dari  reseptor sensoris yang di seluruh bagian tubuh.
Meningkatkan kemampuan motorik, kekuatan, dan daya tahan otot (Xuanming et, Al, 2013)

5.     Bagaimana  respon dan adaptasi Latihan terhadap sistem Indokrin?
Banyak hormon berperan dalam latihan fisik, respon endokrin terhadap olahraga dapat meningkatkan fungsi organ, kebugaran fisik dan keadaan psikologi secara keseluruhan. tanpa olahraga hormon akan terbatas. olahraga yang kuat dapat meningkatkan fungsi endokrin. Respon  hormone Pineal gland, Pituitary gland, Tyroid gland, Thymus gland, Adrenal, Pancreas, Ovary dan Testes (Hackney,2017)

Latihan tampaknya menjadi stimulan kuat terhadap hypothalamus untuk mengeluarkan hormon-hormon pituitary anterior
–        Lobus Anterior
•          Adrenocorticotropin
•          Growth hormone *
•          Thyropin
•          Follicle-stimulating hormone
•          Luteinizing hormone *
•          Prolactin
Latihan fisik dalam jangka panjang menunjukkan proses kontrol GH yang berbeda. Bukti :1. Sedikit peningkatan GH selama latihan dengan intensitas yang sama antara seorang atlit dan bukan.2. Penurunan GH setelah olahraga berat lebih cepat terjadi pada atlit dibanding yang bukan atlit (berhubungan dgn tk. Kebugaran



ENDOCRINE EXERCISE GROWTH HORMONE (GH)
- GH disekresikan dari adenohyphophysis.
- Kadar GH meningkat dalam darah selama olahraga, dan peningkatannya lebih besar pada olahraga dengan intensitas yang lebih besar pula meningkat pada peningkatan suhu yang diakibatkan oleh olahraga
- latihan 900 cal/m/min (20 ment) dicapai peningkatan puncak GH sampai sekitar 35 kali dari nilai pada keadaan istirahat.
menimbulkan dugaan bahwa peningkatan GH selama latihan berperan dalam mobilisasi dan metabolisme asam lemak

a.       Selama latihan Hormone Adrenalin dan Norepinephrine dilepaskan dalam jumlah besar, menyediakan sistem tubuh dengan peningkatan energi dalam bentuk glukosa dan asam lemak bebas. ( Hoffmann et Al, 2004)
b.      Epinephrine ( The Adrenal Medulla): meningkatkan selama latihan dan menstimulasi Hati untuk melepaskan glukosa maupun mempercepat kegunaan glycogen otot.
c.       Tthyroxin dari Thyroid gland selama latihan meningkatkan jumlah darah dalam tubuh sebesar 30% dan meningkatkan metabolisme dalam tubuh manusia.
d.      Insulin dan Glycagon, Selama latihan terlihat peningkatkan Glycagon dan penurnan Insulin.


-          Catecholamines hormones : selama latihan sekresi Catecholamines  meningkatkan
-          Somatotropin meningkatkan
-          ACTH-cortisol meningkatkan
-          Testosterone meningkatkan (Boman, 2018).
-          Renin-angiotensin-aldosterone meningkatkan
-          ADH meningkatkan

Pengaturan metabolisme glukosa selama latihan :
•          Sekresi Glucagon meningkat selama latihan untuk meningkatkan pemecahan glycogen  dalam liver (glycogenolysis)
•          Epinephrine dan Norepinephrine selanjutnya meningkatkan glycogenolysis
•          Kadar kortisol juga meningkat selama latihan untuk katabolisme protein untuk gluconeogenesis selanjutnya.
•          Growth Hormone memobilisasi free fatty acids (asam lemak bebas)
•          Thyroxine  meningkatkan katabolisme glukosa
•          Seiring dengan meningkatnya intensitas latihan, meningkt pula keluaran catecholamine untuk glycogenolysis
•          Selama latihan ketahanan rerata keluaran glukosa sangat erat berhubungan dengan kebutuhan otot.     
•          Saat kadar glukosa menurun, kadar glucagon dan cortisol meningkat signifikan untuk meningkatkan gluconeogenesis.
•          Glucose hanya diantar ke sel-sel, namun juga harus diambil oleh sel

Adaptasi
Fungsi system endokrin menjadi lancer dan:
•   Mengendalikan proses pergerakan dan keseimbangan fisiologis
•   Meliputi semua jaringan/kelenjar yang mensekresi hormon masuk ke dalam darah



Reference
Fry, A., & Putrino, D. (2018). Exercise decreases cardiovascular risk factors: Now what? International Journal of Cardiology, 254, 340–341. doi:10.1016/j.ijcard.2017.12.023
Serna, L. Y., Mañanas, M. A., Hernández, A. M., & Rabinovich, R. A. (2018). An Improved        Dynamic Model for the Respiratory Response to Exercise. Frontiers in Physiology, 9.           doi:10.3389/fphys.2018.00069

Eman M F, Mahitab M, Safaa K M, Ahmed. M. El-Kahky, Manal A Al A. Ultrasonography         Assessment of Diaphragm in Asthmatic Children and Effects of Diaphragm           Strengthening Exercise on Angiogenin Level and Pulmonary Functions. Int J Pul &       Res Sci. 2017; 1(5): 555574. DOI:10.19080/IJOPRS.2017.01.555574
Peçanha, T., Bartels, R., Brito, L. C., Paula-Ribeiro, M., Oliveira, R. S., & Goldberger, J. J.           (2017). Methods of assessment of the post-exercise cardiac autonomic recovery: A    methodological review. International Journal of Cardiology, 227, 795–802.     doi:10.1016/j.ijcard.2016.10.057
Hackney, A. C. (2015). Exercise Endocrinology: Guidance for Future Research Direction and      Focus. Journal of Steroids & Hormonal Science, 06(01). doi:10.4172/2157-     7536.1000.e114
Morgan, J. A., Corrigan, F., & Baune, B. T. (2015). Effects of physical exercise on central            nervous system functions: a review of brain region specific adaptations. Journal of Molecular Psychiatry, 3(1). doi:10.1186/s40303-015-0010-8
Tian, K. , Qin, J. , Huang, L. , Long, M. , Yu, S. , Yu, Y. and Wu, J. (2014) Effect of        Endurance Training on the Autonomic Nervous System Function of Young       Male. International Journal of Clinical Medicine5, 1189-1199.             doi: 10.4236/ijcm.2014.519152

Patel, H.C., Rosen, S.D., Lindsay, A, Hayward, C., Lyon, A.R. and di Mario, C. (2013)   Targeting the Autonomic Nervous System: Measuring Autonomic Function and          Novel Devices for Heart Failure Management. International Journal of Cardiology,   170, 107-117. http://dx.doi.org/10.1016/j.ijcard.2013.10.058
Qin, Fei; Hao, Xuanming; Wang, Songtao; and Li, Han (2013) "Effect of Exercise on Enteric       Nervous System and the Dysfunction of Colon in Type 2 Diabetes Rat," International          Journal of Exercise Science: Conference Proceedings: Vol. 10 : Iss. 1 , Article 35. 


Cheng, S.-J., Yu, H.-K., Chen, Y.-C., Chen, C.-Y., Lien, W.-C., Yang, P.-Y., & Hu, G.-C.           (2013). Physical Activity and Risk of Cardiovascular Disease Among Older Adults.             International Journal of Gerontology, 7(3), 133–136. doi:10.1016/j.ijge.2013.03.001

Agarwal, S. (2012). Cardiovascular benefits of exercise. International Journal of General   Medicine, 541. doi:10.2147/ijgm.s30113

Prado, D., Silva, A., Trombetta, I., Ribeiro, M., Guazzelli, I., Matos, L., Villares, S.           (2010). Exercise Training Associated with Diet Improves Heart Rate Recovery and    Cardiac Autonomic Nervous System Activity in Obese Children. International Journal           of Sports Medicine, 31(12), 860–865. doi:10.1055/s-0030-1267158

Harjola, V.-P., Kiilavuori, K., & Virkamäki, A. (2006). The effect of moderate exercise     training on skeletal muscle myosin heavy chain distribution in chronic heart failure.       International Journal of Cardiology, 109(3), 335–338doi:10.1016/j.ijcard.2005.06.025
Todd, I. C. (1994). Cardiovascular response to exercise. International Journal of Cardiology,        47(1), 85–86. doi:10.1016/0167-5273(94)90142-2
Romero, S.M., Pereira, A.F., Garofalo, M.A. and Hoffmann, A. (2004) Effects of Exercise on      Plasma Catecholamine Levels in the Toad, Bufo paracnemis: Role of the Adrenals             and Neural Control. Journal of Experimental Zoology Part A: Comparative Experimental Biology, 301, 911-918. http://dx.doi.org/10.1002/jez.a.91
Melvin H Williams 2010; Nutrition for Health , Fitness Sport. 9 th ed, McGraw Hill
Guyton, C. Arthur. 2006. The Textbook of Medical Physiology. 6th edition,  W.B. Company
Anne Wang, Stefan Arver, Kurt Boman.(2018). Testosterone, sex hormone-binding globulin         and risk of cardiovascular events: A report from the Outcome Reduction with an         Initial Glargine Intervention trialFirst Published December 19, 2018 Research Article         https://doi.org/10.1177/2047487318819142

No comments:

Post a Comment

Tugas Makalah Pencegahan dan Perawatan Cidera (PEMANASAN)

  PENCEGAHAN DAN PERAWATAN CEDERA PEMANASAN   Pendahuluan             Olahraga  mulai menjadi sebuah tren atau gaya hidup masyarakat...